Rabu, 21 Maret 2012

APRESIASI NOVEL SEKALI PERISTIWA DI BANTEN SELATAN KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


KARYA
MIMIN MINTARI
 2222090200
DIKSATRASIA 3A

Kemiskinan memang kadang membuat orang miskin akan melakukan segala pekerjaan apapun agar keluarga mereka bisa tetap bertahan hidup dan tidak kekurangan makanan. Tetapi dalam kenyataanya, orang miskin selalu di perlakukan kasar oleh orang yang merasa dirinya lebih berkuasa. Mereka disuruh bekerja darp pagi hingga sore, dan bahkan kadang mereka tidak gaji yang setimpal dengan tenga yang telah dikeluarkan oleh mereka.tetapi jika mereka tidak bekerja banting tulang, maka kelaparan, segala penyakit akan menyerang mereka.  
Menurut saya, dunia ini tidak adil. Mengapa didunia ini harus ada orang kaya dan orang miskin? Mengapa didunia ini orang kaya selalu bebas unutk melakukan segala hal yang dia mau? Mengapa orang miskin selalu dihina? Mengapa orang kaya dan orang miskin tidak bisa akur? Mengapa orang yang kaya semakin kaya, sedangkan yang miskin malah semakin miskin. Ada apa dengan kehidupan ini?? Ada apa dengan sistem pemerintahan di Indonesia ini? Mengapa rakyatnya tidak makmur semua?
Kehidupan rakyat kecil yang saya lihat akhir-akhir ini selalu memdapatkan penindasan oleh rakyat besar. Contohnya jika kita lihat kembali pada masa penjajahan, ada yang namanya kerja rodi atao romusha, yaitu kerja paksa yang dikakukan oleh penjajah terhadap rakyat kecil. Jika mereka tidak mengikuti perintahnya, maka nyawa merekalah yang akan menjadi gantinya atau keluarga merekalah yang akan menjadi taruhannya.
Itulah sedikit ulasan tentang kenyataan hidup yang berkaitan dengan novel yang akan saya apresiasikan sekrang. Yaitu novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer. Pram -sebutan nama akrabnya- lahir pada tahun 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara. Pada tanggal 21 desember 1979, Pram mendapat surat pembebasan secara hukum bahwa ia tidak bersalah dan itdak terlibat dalam G30S PKI. Tetapi ia masih dikenakan tahanan ruma, tahanan kota, tahanan Negara sampai tahun 1999 dan wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali seminggu selama kurang lebih dua tahun.
Dari tangan dinginnya telah lahir lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. Beberapa karyanya adalah Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Lngkah, dan rumah Kaca). Dan novel yang saya akan apresiasikan karya Pram adalan novel yang berjudul Sekali Peristiwa di Banten Selatan.
Novel ini merupakan hasil penelitian singkat Pramoedya Ananta Toer di wilayah Banten Selatan yang subur tapi rentan dengan penjarahan dan pembunuhan. Di wilayah itu memiliki tanah yang subur, tetapi masyarakatnya miskin, kerdil, tidak berdaya. Mereka dipaksa hidup dalam tindihan rasa takut yang memiskinkan. Penulis menceritakan bahwa pada saat itu kerusakan, pembuhuhan, pemberontakan pada wilayah itu disebabkan oleh pemberontak DI (Darrul Islam). Pemberontak itu tidak ada puasnya mengganggu kehidupan masyarakat di wilayah Banten Selatan pada masa itu.
Diceritakan dalam novel ini seorang tokoh yang bernama Ranta. Ia hidup di wilayah yang rentan sekali dengan pemberontakan itu. Ia tinggal bersama istri dan anaknya. Tetapi anak Ranta, yaitu Riah sedang di rawat dirumah sakit karena ia sedang sakit. Dengan keadaan hidup yang pas-pasan, Ranta dan istrinya, Ireng, berusaha sekuat tenaga untuk bisa cepat-cepat mengobati penyakit Riah, anak satu-satunya mereka yang masih bisa bertahan hidup sampai sekarang supaya cepat sembuh dan berharap mereka bisa berkumpul lagi.
Kekuasaan diwilayah itu dikuasai oleh juragan yang sangat kaya raya, yaitu Juragan Musa. Juragan Musa memiliki seorang istri yang usianya masih sekitar dua puluh tahunan. Juragan Musa adalah orang yang sangat berkuasa di daerah itu, ia bisa melakuakan apa saja yang ia mau. Ia memiliki anak buah yang banyak sekali. Juragan Musa itu memiliki sifat yang sangat kejam, jika ada masyarakat yang menentang kemauan dia maka orang itu tidak segan-segan dia bunuh atau rumah mereka akan ia bakar.
Penulis menceritakan kehidupan keluarga Ranta yang selalu mendapatkan prilaku yang kasar dari Juragan Musa. Pada sore itu, Juragan Musa mendatangi rumah Ranta dan Juragan Musa menawarkan pekerjaan unutk Ranta. Dengan senang hati Ranta menerima pekerjaan itu, karena ia ingin sekali segera menengok anaknya yang sedang sakit. Pada saat itu Juragan Musa menyuruh Ranta mengambil bibit karet. Pada malam hari itu Ranta segara berangkat untuk melaksanakan pekerjaan itu walaupun istri Ranta mecegahnya supaya ia tidak pergi malam itu, karena Ireng tahu rencana Juragan Musa yang licik itu akan membuat suaminya celaka, tetapi Ranta tetap pergi juga. Keesokan harinya Ranta pulang kerumah dengan keadaan yang mengkhawatirkan, tangannya diperban dengan daun pisang, sepertinya ia sudah dihajar oleh orang. Teranyta apa yang dikatakan istri Ranta itu terjadi juga, Juragan Musa yang menyuruh Ranta untuk mrngambil bibit karet malah menyangka bahwa Ranta itu adalah maling yang sudah mencuri bibit karet itu.. makanya Ranta dikeroyok orang. Itulah yang membuktikan betapa liciknya Juragan Musa.
   Selama ini Ranta dan keluarganya selalu sabar dan tabah terhadap perilaku yang dilakukan Juragan Musa terhadap keluarganya bahkan kepada seluruh warga yang ada di diwilayah itu. Tetapi pada suatu hari saat Juragan Musa datang kerumah Ranta, ia sudah berani menantang Juragan Musa hingga Juragan Musa kabur, tetapi tongkat dan tas Juragan Musa ketinggalan dihalaman rumah Ranta. Kemudian teman Ranta bercerita bahwa ia pernah melihat jika setiap rabu malam Juragan Musa berunding dengan DI, entah apa yang mereka rundingkan. Karena DI tidak pernah memberontak Juragan Musa dan anak buahnya, pemberontak DI hanya memberontak pasar dan rumah-rumah warga, tetapi keluarga Juragan Musa tidak pernah diganggu, maka untuk mendapatkan kejelasannya,  Ranta dan kedua temannya itu melaporkan kejanggalan itu kepada pak komandan supaya segera diselidiki.
Saat Juragan Musa telah tiba dirumahnya, ia langsung mengajak istrinya unutuk segera mengungsi ke hutan. Mendengar ajakan itu, istri Juragan curiga kalau suaminya itu sudah melakukan hal yang berbahaya. Dengan suara ketakutan, istri Juragan menyebut kalau ternyata Juragan Musa itu adalah seorang pendiri DI yang selama ini sudah memporak-porandakan daerahnya itu. Juragan Musa marah karena istrinya sendiri menyebutkan kalau dia itu seorang pendiri DI. Saat keributan antara Juragan Musa dan istrinya, maka datanglah pak komandan dan para prajuritnya. Dan komandan pun bertanya apakah Juragan Musa masih ada hubungannya dengan pemberontak DI. Mendengar pertanyaan itu, Juragan Musa merasa panik sekali.
Walaupun pak komandan dan para prajuritnya menyurh Juragan Musa untuk mengaku, tetapi Juragan Musa tetap menyangkal bahwa ia bukan anggota DI, ternyata akhirnya kebenaran datang juga. Karena saat itu pak lurah datang kemudian memanggil Jurangan Musa dengan sebutan pak Residen –sebutan untuk pemimpin DI. Maka Juragan Musa, pak lurah dan anak buahnya ditangkap. Sedangkan istri Juragan Musa masih kaget dengan kenyataan itu semua, dia tidak menyangka bahwa suaminya yang selama ini ia percaya ternyata telah mengkhianatinya, ternyata suaminya itu adalah seorang pendiri DI.
Secara psokologis, bisa kita bayangkan bagaimana hancurnya hati istri Juragan Musa pada saat itu. Suaminya yang selama ini ia anggap baik dan setia ternyata adalah seorang pendiri DI yang sudah memporak-porandakan daerahnya sendiri. Suaminya telah membakar rumah warga, suaminya telah merampas kebahagian keluarga orang lain. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah kejadian itu. .
Tetapi dengan terungkapnya kebenaran ini, hikmah yang didapat oleh Ranta ialah ia segera diangkat sebagai lurah karena warga sangat berterima kasih kepada Ranta, ia sudah berani mengungkapkan kebenaran ini. Dan selama tiga bulan ia menjabat sebagai lurah, banyak sekali perubahan dengan wilayahnya itu. Sekarang warganya itu menerapkan sistem gotong royong untuk melestarikan daerahnya, mengamankan dareahnya, memakmurkan dareahnya, dan juga menjaga ketertiban dan keselamatan bersama. Istri Juragan Musa selama ini tinggal bersama Ranta dan Ireng, ia tidak ingin pergi dari daerah itu, ia ingin membuktikan jika dia tidak ikut campur dengan masalah yang terlibat oleh suaminya itu. Istri Juragan Musa ingin mengajar baca-tulis untuk  perempuan-perempuan yang ada didaerah itu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar