Rabu, 21 Maret 2012

APRESIASI NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH.DINI


KARYA
MIMIN MINTARI
2222090200
DIKSATRASIA 3A
 

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin (NH Dini) dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ia lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari1936. Jadi ia merayakan ulang tahunnya empat tahun sekali. NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Jakarta dalam acara Tunas Mekar.
Dini dipersunting Yves Coffin, Konsul Prancis di Kobe, Jepang  pada 1960. Dari pernikahan itu ia dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Sebagai konsekuensi menikah dengan seorang diplomat, Dini harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan. Ia diboyong ke Jepang, dan tiga tahun kemudian pindah ke Pnom Penh, Kamboja. Kemudian kembali ke negara suaminya, Prancis, pada 1966. Setahun kemudian ia mengikuti suaminya yang ditempatkan di Manila, Filiphina Pada 1976, ia pindah ke Dektroit, AS, mengikuti suaminya yang menjabat Konsul Jenderal Prancis. Dini berpisah dengan suaminya, Yves Coffin pada 1984, dan mendapatkan kembali kewarganegaraan RI pada 1985 melalui Pengadilan Negeri Jakarta.
Selama karirnya di dunia sastra, banyak sekali penghargaan yang sudah ia terima, antara lain Peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telajur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH. Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (19770, Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati Yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang terbaru berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya. Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif.
Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Namun banyak orang berpendapat, wanita yang dilukiskan Dini terasa “aneh”. Ada pula yang berpendapat bahwa dia menceritakan dirinya sendiri. Pandangan hidupnya sudah amat ke barat-baratan, hingga norma ketimuran hampir tidak dikenalinya lagi. Itu penilaian sebagian orang dari karya-karyanya. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang dikagumi. Buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.
Pada 1956, sambil bekerja di Garuda Indonesia Airways (GIA) di Bandara Kemayoran, Dini menerbitkan kumpulan cerita pendeknya, Dua Dunia. Sejumlah bukunya bahkan mengalami cetak ulang sampai beberapa kali - hal yang sulit dicapai oleh kebanyakan buku sastra. Buku lain yang tenar karya Dini adalah Namaku Hiroko dan Keberangkatan. la juga menerbitkan serial kenangan, sementara cerpen dan tulisan lain juga terus mengalir dari tangannya. Walau dalam keadaan sakit sekalipun, ia terus berkarya.
Dini dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang. Dia mengaku sudah berhasil mengungkapkan isi hatinya dengan teknik konvensional. Menyinggung soal seks, khususnya adegan-adegan yang dimunculkan dalam karya-karyanya, ia menganggapnya wajar-wajar saja. Begitulah spontanitas penuturan pengarang yang pengikut kejawen ini. la tak sungkan-sungkan mengungkapkan segala persoalan dan kisah perjalanan hidupnya melalui karya-karya yang ditulisnya.
Dalam pengantar buku The Second Sex, Simone de Beauvoir mengungkapkan bahwa pada zaman sekarang perempuan sedang dalam proses menuju pemulihan mitos feminisme. Mereka mulai menyatakan kebebasannya dengan cara terang-terangan. Tetapi, sebenarnya perempuan belum dapat menikmati kehidupan yang mereka inginkan seperti kaum laki-laki. Kemana pun mereka melangkah, garis akhir yang berupa pernikahan selalu berwujud, memaksa perempuan mengakui dominasi laki-laki. Antagonisme terhadap dominasi laki-laki yang selalu dihubungkan dengan opresi perempuan tidak hanya dibicarakan oleh de Beauvoir. Pada tahun 60-an, NH Dini juga getol membicarakan permasalahan institusi pernikahan, dominasi laki-laki dan konstruksi sosial yang sangat patriarkal melalui novelnya, Pada Sebuah Kapal. Dalam karya ini, pembaca dihadapkan pada permasalahan-permasalahan kehidupan perempuan yang terjadi saat ini.
Novel karya NH. Dini yang akan saya apresiasi adalah novel yang berjudul Pada Sebuah Kapal. Saat saya liat cover bukunya, yang saya bayangkan bahwa ceritanya itu berada disebuah kapal, atau ceritanya mengenai sebuah kapal yang sedang berlayar seperti novel karya Iwan Simatupang yang berjudul Ziarah. Tetapi novel karya NH. Dini ini memang bercerita tentang dua orang yang sedang bercinta dalam sebuah kapal. Dalam novel Pada Sebuah Kapal ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama berjudul “penari” dan bagian yang kedua berjudul “pelaut”. Di bagian pertama, Sri, seorang perempuan Jawa, menjadi tokoh utamanya, sedangkan di bagian kedua yang menjadi tokoh utamanya adalah  Michel, yaitu seorang warga negara Perancis yang ditemui Sri pada perjalanan kapal dari Saigon ke Marseilles. Pada bagian  “penari” sejumlah peristiwa dalam kehidupan Sri disajikan secara kronologis mulai ia berusia tiga belas sampai tiga puluh tahun. Masa kecilnya di Semarang dan tahun-tahun bekerja di Jakarta diceritakan secara bertahap. Bagian ”pelaut” dibuka pada suatu titik yang sudah diceritakan dalam “penari”, yakni perjalanan kapal dari Saigon ke Marseilles. Peristiwa-peristiwanya tidak dikisahkan secara kronologis, melainkan diceritakan kilas balik tentang masa lalu kehidupan Michel. Pada akhir cerita di bagian “Pelaut” berhenti dengan kabar dari Sri kepada Michel bahwa ia, suami dan anaknya akan pindah ke Paris.
Novel ini menggunakan alur flastback. Pada novel ini penulis menggunakan banyak nama tokoh-tokohnya, tetapi penulis dalam ceritanya tetap memfokuskan tokoh utamanya saja, seperti cerita tentang kehidupan Sri dan kehidupan Michel. Menurut saya, novel ini terlalu banyak dialognya, terutama pada cerita bagian “Pelaut”. Jika novel ini ditulis dengan langsung menceritakannya pada konflik yang ada, mungkin halaman novel ini tidak terlalu banyak, sehingga saya sebagai pembaca akan lebih semangat untuk membacanya.
Hal yang paling terasa saat membaca novel ini adalah kelebihan penulis yang begitu blak-blakkan mengungkapkan jalannya cerita. Kemudian, terdapat diksi yang terasa aneh untuk pembaca masa kini dan tata bahasa yang jarang didengar, seperti kakakku perempuan. Peresensi juga dipermudah untuk membandingkan unsur budaya Timur dengan Barat yang terasa perbedaannya, seperti hal perzinahan yang merupakan hal yang wajar bagi budaya Barat, namun tidak demikian dengan budaya Timur. Mungkin, novel ini bisa menginspirasi kaum wanita untuk tidak terjebak dalam perselingkuhan apalagi perzinahan. Dan untuk kaum pria, novel ini bisa dijadikan tempat untuk mengevaluasi diri supaya tidak membuat istri kesal.

Pada bagian dua novel Pada Sebuah Kapal ini adalah menceritakan kehidupan Michel dari sejak kecil. Bisa kita baca pada novel dari halaman 223. michel adalah seorang pelaut yang sudah berlayar keseluruh dunia. Michel jatuh cinta kepada seorang wanita yang setiap hari mengantarkan susu ke rumahnya. Wanita itu bernama Nicole. Setelah mereka menjalin cinta, merekapun berencana untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Umur Nicole lebih tua daripada umur Michel, tetapi mereka tidak mempermasalahkan itu. Hubungan mereka saat pacaran sangatlah romantis, tetapi saat mereka menikah, ternyata sifat asli Nicole ketahuan. Dalam menjalankan rumah tangganya, Nicole memiliki sifat yang sangat keras kepala, ia tidak peduli dengan aturan dalam rumah yang sudah ditentukan Michel sebagai kepala rumah tangga. Segala sesuatunya, Nicole lakukan sendiri tanpa meminta pendapat suaminya. Maka pada akhirnya, hubungan runah tangga merekapun sudah tidak harmonis lagi.
Amanat lain yang saya dapat dari novel pada sebuah kapal karya NH. Dini antara lain adalah masalah hubungan kesetiaan antara tokoh Sri dengan Saputro. Kehidupan di Jakarta adalah awal keberanian Sri untuk menentang konvensi sosial yang sudah mengakar di otaknya. Cerita ini dimulai dalam jangka waktu singkat selama delapan belas bulan di Jakarta. Di sana Sri bertemu dua laki-laki, Saputro dan Charles. Dua laki-laki itulah yang selanjutnya mewarnai kehidupan Sri. Pertemuan Sri dengan Saputro bukan sekedar pertemuan, tetapi berlanjut pada hubungan percintaan. Rasa cinta keduanya sangat kuat, sehingga mereka yakin dan tidak ragu melakukan hubungan suami-istri sebelum menikah. Namun sayang, tepat sebelum pernikahan mereka, Saputro meninggal dalam sebuah kecelakaan.. Yang saya dapat pelajari dari cerita cinta mereka adalah sebuah kesetian yang sangat dalam. Kesetian mereka berdua yang berprofesi sangat bertentangan. Sri bekerja sebagai penari sedangkan Saputro adalah seorang penerbang udara, ia adalah sosok laki-laki penanggung jawab, walaupun dia telah menghamili Sri di luar nikah, namun dia tetap menikahi Sri, ia pria penyayang, walaupun profesinya terbilang cukup berat, namun dia tetap menyayangi Sri apa adanya. Sosok Sri yang sangat setia menunggu keyakinan hati Saputro untuk melamarnya, tetapi keadaan menjadi berubah sebelum mereka melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan Saputro sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Yang Maha Kuasa. Jadi sebanyak apapun rencana yang telah dibuat oleh manusia, tetapi Tuhanlah yang akan berkehendak.
Setelah meninggalnya Saputro, kemudian laki-laki yang bisa meluluhkan hati Sri adalah Charles Vincent, seorang diplomat kebangsaan Perancis. Sri tertarik kepadanya karena menurut anggapannya, Charles memiliki kepribadian yang baik dan ia pun sangat lembut. Walaupun tidak disetujui keluarganya, Sri memutuskan untuk menikah dengan lelaki itu. Setelah menikah, Sri baru mengetahui bahwa Charles adalah lelaki yang egois, keras kepala, kasar, dan tidak mau kalah dengan ketenarannya sebagai penari. Pernikahan mereka sangat tidak bahagia karena keduanya sering bertengkar. Bahkan pertengkaran itu terus berlangsung hingga kelahiran anak pertama mereka, kehidupan rumah tangganya diperkirakan akan bahagia. Namun, harapannya ternyata sia-sia. Kehidupan rumah tangga mereka tetap diselimuti oleh pertengkaran.
Perseteruan antara pasangan suami istri itu semakin terlihat ketika keduanya berangkat ke Perancis. Pada saat itu Charles mendapatkan cuti. Lelaki itu menggunakan pesawat terbang sedangkan Sri menggunakan kapal laut. Di sinilah terjadinya perselingkuhan Sri terhadap suaminya. Di dalam kapal laut ini Sri menjalin hubungan dengan seorang pelaut bernama Michel, seorang lelaki berkebangsaan Perancis. Hubungan keduanya terjadi ketika mereka menceritakan ketidakbahagiaan kehidupan perkawinannya. Sri menceritakan bahwa ia merasa terkekang selama menikah dengan Charles. Suaminya itu sangat kasar dan egois. Demikian pula halnya dengan Michel. Ia menceritakan bahwa istrinya, Nicole sangat pencemburu sehingga ia tidak boleh bergaul dengan wanita mana pun. Ia juga menceritakan bahwa sebelum menjadi pelaut, ia adalah seorang tentara, yang pernah membela negaranya, melawan agresi Jerman.
Karena sering bertemu, bertukar cerita, dan pembawaan Michel yang lembut dan romantis, Sri jatuh hati kepadanya. Demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya, selama di kapal, hubungan keduanya semakin akrab, bahkan keduanya sering melakukan perbuatan terlarang tanpa dihantui oleh perasaan berdosa sedikitpun. Sri tidak merasa berdosa kepada suaminya. Demikian pula Michel tidak merasa berdosa kepada istrinya. Keduanya tidak pernah merasa berdosa pada Tuhan. Mereka tidak peduli dengan masalah dosa, yang penting mereka merasa bahagia.
Hikmat yang saya dapat dari dua cerita cinta tokoh-tokoh yang terdapat pada novel ini yaitu antara cerita rumah tangga Sri dengan Charles dan hubungan rumah tangga Michel dengan Nicole adalah bahwa mereka itu terlalu cepat mengambil keputusan untuk menikah, sedangkan mereka baru sedikit mengenal sifat pasanganya masing-masing. Misalnya antara Sri dan Charles, Sri terlalu cepat memutuskan unutk segera menikah dengan Charles setelah meninggalnya Saputro, calon suaminya. Padahal mereka belum lama kenal dalam dan luar sifat mereka masing-masing, dan walaupun pernikahan mereka tidak disetujui oleh keluarga Sri, tapi dia tetap melangsungkan pernikahannya itu. Maka, karena Sri tidak selektif dengan pilihannya itu, maka kehidupan rumah tangga mereka pun tidak harmonis. Sama halnya dengan kisah cinta Michel dengan Nicole. Saat pacaran Nicole memiliki sifat keibu-ibuan yang sangat besar sehingga Michel ingin segera mempersuntingnya dan masalah perbedaan umur antara merekapun Michel tidak memperdulikannnya. Tetapi saat mereka menikah, ternyata sifat yang sebenarnya yang ada dalam Nocole pun berubah, sifat Nicole yang masa bodoh terhadap Michel, suaminya.
Jadi sebaiknya, jika kita akan memutuskan untuk menikah dengan serius sebaiknya kita harus memilih dengan selektif yang kita anggap cocok untuk pasangan yang akan mendampingi kita hingga akhir hayat. Karena sebuah pernikahan itu hanya diinginkan terjadi sekali dalam seumur hidup kita. Kita harus mengeahui lebih dalam sifat baik dan buruknya dari pasangan kita itu, jangan sampai setelah menikah nanti sifat-sifat jelek pasangan kita baru ketahuan dan pasangan kita selingkuh, dan akan terjadi sebuah perceraian. Ambillah keputusan dengan pertimbangan yang matang. Sri telah menolak untuk dijadikan isteri oleh Carl karena Carl menurut Sri terlalu sombong dan memiliki gaya hidup yang berbeda dengannya. Dan selingkuh itu bukan merupakan sarana yang tepat untuk meluapkan rasa kerinduan yang terpendam. Maka janganlah kita menilai seseorang hanya dari fisiknya saja, karena fisik itu bisa menipu sifat yang sebenarnya!!

Pada akhir cerita novel ini sangatlah menggantung, apakah mungkin penulis ingin memberikan rasa penasarannya terhadap cerita novel ini. Tidak ada akhir cerita yang pasti dalam novel ini. Pada akhir halaman hanya diceritakan bahwa Sri, Charles dan anaknya akan pindah ke Paris sehingga perselingkuhan yang antara Sri dengan Michel akan sering mereka lakukan. Hanya ada kata-kata renungan yang sedang dalam pikiran Michel. Saya tidak tahu apakah akhirnya perselingkuhan Sri dengan Michel akan selamanya berjalan dengan seiring waktu? Dan bagaimana dengan nasib hubungan rumah tangga mereka masing-masing, apakah Sri akan cerai dengan Charles? Apakah Michel juga akan cerai dengan Nicole? Atau apakah rumah tangga mereka akan semakin harmonis? Atau apakah perselingkuhan Sri dan Michel akan menjadi hubungan yang sah seperti suami istri? Saya masih bertanya-tanya dengan ending yang akan diberikan penulis untuk pembaca karyanya ini.









DAFTAR RUJUKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar