Kamis, 22 Maret 2012

Proposal Penelitian PERBANDINGAN MEDIA PENGALAMAN LANGSUNG DAN MEDIA PENGALAMAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 KOTA SERANG


Proposal Penelitian

PERBANDINGAN MEDIA PENGALAMAN LANGSUNG DAN MEDIA PENGALAMAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 KOTA SERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Menulis 1



disusun oleh  
Nama     : Mimin Mintari
NIM       : 090200



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG


Judul  penelitian
PERBANDINGAN MEDIA PENGALAMAN LANGSUNG DAN MEDIA PENGALAMAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PROSES MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 10 KOTA SERANG”.

1.    Latar Belakang
Sampai dewasa ini, pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek sastra khususnya keterampilan menulis puisi disekolah belum dianggap penting untuk diajarkan secara mendalam kepada siswa. Pengajaran sastra cenderung mengarah kepada kegiatan teori sastra, pengertian sastra, jenis-jenis karya sastra, nama-nama sastrawan dan karyanya, serta masalah periodesasi atau pembabakan sastra. Dengan kata lain, kegiatan pengajaran sastra cenderung masih bersifat teoritis.
Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Berdasarkan uraian diatas, keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh berbagai hal, antara lain kemampuan siswa dan guru itu sendiri didalam melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Guru dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa dengan baik, maka guru harus mengetahui media da teknik apakah yang sesuai dan cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam hal ini menulis puisi. Sehingga selain guru memberikan materi ajar dengan menggunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak aktif, jenuh, dan bosan, guru juga harus menggunakan media pembelajaran yang membuat siswa ikut berperan aktif  dan proses belajar mengajar pun tidak akan membosankan.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari kreatif itu biasanya disebut karangan. Menulis harus dilatih dan diajarkan kepada anak di usia dini, sehingga anak tidak memiliki sifat malas untuk menulis. Dalam hal ini, guru harus berusaha bagaimana caranya agar siswa tertarik dalam bidang sastra khususnya puisi sehingga siswa menjadi manusia yang kreatif.
Puisi merupakan salah satu bagian dari karya sastra. Pembelajaran puisi sudaj diajarkan sejak tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Salah satu alat yang penting untuk memupuk kreatifitas anak didik dalam menulis puisi adalah dengan pengajaran puisi secara intensif. Oleh karena itu, fungsi pengajaran puisi untuk sekolah-sekolah lajutan menjadi sangat penting. Pembelajaran puisi akan berhasil dengan baik apabila dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan kondisi siswa dan situasi kelas. 
Dalam pembelajaran puisi, biasanya guru hanya sekedar memberikan penjelasan tentang pengertian puisi, unsur-unsur puisi, ciri-ciri puisi, macam-macam puisi dan hal lain yang bersifat teoritis, jadi siswa tidak ada kesempatan untuk menulis puisi berdasarkan kemampuan sendiri. Pembelajaran puisi yang baik harus mengaitkan teori dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran juga akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam menerima materi pelajaran.
Menulis puisi pada dasarnya menuangkan gagasan, pikiran, dan pengungkapan jiwa. Menulis puisi tidak sulit jika dilakukan dengan kemampuan dan kesungguhan. Dalam kegiatan menulis puisi, guru harus membiasakan siswa untuk belajar menulis puisi baik berdasarkan objek gambar maupun objek lingkungan sekitar. Dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan kreatifitas dan kematangan pengetahuan siswa terhadap karya sastra lebih lanjut.
Sebenarnya tujuan adanya pembelajaran sastra disekolah selain untuk menguasai teori pelajaran, juga diharapkan siswa mampu menciptakan karya sastra sendiri serta dapat memberikan sumbangan dalam memecahkan masalah didalam masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran sastra memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.
Berkaitan dengan pernyataan diatas, pengajaran sastra hendaklah mengarah pada kegiatan-kegiatan membina dan mengarahkan siswa untuk menggeluti karya sastra tersebut secara langsung sehingga tumbuh dalam diri siswa dan akan terus memiliki rasa ingin tahu yang mendalam tentang karya sastra itu.


2.    Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian puisi
                        Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu poeima yang artinya membuat atau poesis yang artinya pembuatan. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan poem atau poetry. Puisi diartikan membuat atau pembuatan, karena dengan puisi seseorang telah menciptakan satu dunianya sendiri, yang didalamnya ada gambaran suasaa tertentu baik fisik maupun batin.
                        Menurut Altenbernd dalam Herwan (2005:2) mendefinisikan puisi sebagai pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).
                        Menurut Dunton dalam Herwan (2005:2) berpendapat bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara kongkret dan artistic dalam bahasa emosional serta berirama.
                        Dari beberapa pendapat para ahli mengenai puisi diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan dan diekspresikan melalui tulisan dengan menggunakan bahasa emosional atau bahasa keindahan.

2.2 Ciri-Ciri Puisi
                     Menurut Herwan (2005:10), puisi memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Ciri yang paling menonjol dalam puisi adalah bahasanya. Bahasa dalam puisi penuh dengan bahasa konotatif, yaitu bukan bahsa yang sebenarnya atau bahasa kiasan, dengan disertai oleh pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa atau majas.
2.      Bentuk tubuh puisi cenderung berlarik dan berbait, walaupun dalam perkembangan puisi modern bneruk tubuh puisi beragam, bahkan ada yang sangat mirip dengan bentuk tubuh cerpen.
3.      Puisi pada umumnya berbentuk monolog. Di dalamnya banyak ditemukan “aku-larik”, jarang puisi yang berisi dialog-dialog, meski tentu ada pula penyair yang menulis dengan menyelipkan dialog-dialog.
4.      Keterkaitan sebuah kata dalam puisi lebih cenderung kepada struktur ritmik sebuah baris daripada struktur sintaktik sebuah kalimat seperti dalam prosa.
5.      Puisi merupakan sebuah totalitas, maka ia akan terdiri atas berbagai lapis, seperti lapis bunyi, lapis arti fisik, lapis dunia yang terdiri atas dunia dalam gambaran penyair dan dunia metafisis, dan lapis makna.

2.3 Jenis-Jenis Puisi
                        Menurut Sumardjo & Saini jenis-jenis puisi dibagi menjadi tiga, yaitu puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik.
1.         Puisi Epik
                        Puisi epik adalah jenis puisi yang panjang, menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa , pemberani dalam membela kebenaran. Puisi epik terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Puisi epos, yaitu puisi berisi cerita yang panjang, bahkan didalamnya terdapat banyak anak cerita yang dirangkai dalam cerita pokoknya. Bentuk epos adalah bentuk puisi bercerita yang paling tua. Beberapa bangsa memiliki eposnya sendiri-sendiri, seperti epos Illias dan Odisee dari Yunani, epos Aeneas dari Romawi, atau epos Mahabharata dan epos Ramayana dari India.
2.      Puisi Fabel, yaitu puisi yang berisi cerita tentang kehidupan binatang untuk menyindir dan memberi makna kehidupan pada manusia. Tujuan fable adalah untuk memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat jelek manusia melalui simbol-simbol binatang.
3.      Puisi Balada, yaitu puisi cerita yang mengandung ciri-ciri sebagai berikut: bahasanya sederhana, langsung, dan konkret, mengandung unsure ketegangan, kejutan, dan ancaman dalam materi cerita, mengandung kontras-kontras yang dramatic, mengandung kadar emosi yang kuat, terdapat dialog didalamnya, ceritanya bersifat objektif dan impersonal.

2.         Puisi Lirik
                        Jika dalam puisi epik penyair bersifat objektif dan impersonal, maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan pikiran dan perasaan pribadinya secara berperan. Dalam puisi lirik, pikiran, perasaan, serta sikap “aku” dalam sajak lirik merupakan pikiran, perasaan, dan sikap penyairnya.
                     Dapat disimpulkan bahwa puisi lirik adalah puisi yang sangat pendek, namun dapat diartikan pula sebagai puisi yang dinyanyikan, karena puisi lirik disusun dalam susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Pada umumnya puisi pendek dapat digolongkan kedalam puisi lirik.
                     Ditinjau dari maksud sajak, puisi lirik dapat digolongkan mejadi tiga, yaitu puisi kognitif, puisi ekspresif, dan puisi afektif.
1.       Puisi kognitif, yaitu puisi lirik yang menekankan isi gagasan penyairnya. Puisi ini mementingkan tema yang biasanya berisi pernyataan ide, ajaran kebijaksanaan, yang diungkapkan dalam gaya bahasa yang sedikit prosais, yaitu cenderung bermakna tunggal.
2.      Puisi ekspresif, yaitu puisi lirik yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya. Puisi jenis ini menunjukkan spontanitas yang segar dan asli, namun kadang sulit dicerna karena ciri-ciri individualnya yang amat menonjol termasuk penggunaan lambang-lambang yang amat personal (pribadi).
3.      Puisi afektif, yaitu puisi lirik yang menekankan pentingnya mempengaruhi perasaan pembacanya. Puisi jenis ini mengajak pembaca untuk ikut merasakan suasana batin penyairnya, sehingga sering pula jenis puisi ini disebut puisi suasana hati. Suasana hati yang diungkapkan penyair biasanya perasaan yang sulit dirumuskan, tetapi hanya dapat dirasakan.
Ditinjau dari segi isinya, puisi lirik dibagi menjadi Sembilan macam, yaitu elegi, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyl, satire, dan parodi.
1.      Elegi, yaitu puisi lirik yang berisi ratapan kematian seseorang. Elegi biasanya ditulis penyair langsung setelah kematian seseorang itu terjadi. Isi dari puisi elegi ini merupakan ratapan penyait terhadap kematian seseorang dengan mengenang jasa-jasanya atau janji-janji penyair kepada orang yang meninggal.
2.      Hymne, yaitu puisi lirik yang berisi pujaan kepada Tuhan atau kepada tanah air. Puisi jenis ini biasanya bernada agung, khidmat, dan penuh kemuliaan.
3.      Ode, yaitu puisi lirik yang berisi pujaan terhadap seorang pahlawan atau seorang tokoh yang dikaguli oleh penyair.
4.      Epigram, yaitu puisi lirik yang berupa ajaran kehidupan. Sifatnya mengajar dan menggurui, bentuknya pendek, dan bergaya ironis.
5.      Humor, yaitu puisi lirik yang mencari efek humor, baik dalam isi maupun teknik puisinya. Puisi jenis ini menekankan mutunya pada segi kecerdasan penyair dalam mengolah kata-kata maupun mempermainkan isinya.
6.      Pastoral, yaitu puisi lirik yang berisi penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani di sawah-sawah. Nada pada puisi ini cenderung sendu atau nostalgik, merindukan kehidupan padang gembalaan dimasa muda.
7.      Idyl, yaitu puisi lirik yang berisi nyanyian tentang kehidupan di pedesaan, perbukitan, atau padang-padang. Isi dalam puisi ini biasanya penuh lukisan kehidupan dan pemandangan alam yang masih murni, manusia-manusia desa yang lugu, dan kehidupan yang sederhana.
8.      Satire, yaitu puisi lirik yang berisi ejekan dengan maksud memberikan kritik. Nadanya memang humor, namun karena berisi kritik, biasanya nada humor itu berubah menjadi singgungan bagi yang terkena kritik tersebut.
9.      Parodi, yaitu puisi lirik yang berisi ejekan, namun ditujukan terhadap karya seni tertentu. Dalam puisi jenis ini, karya seni yang menjadi sasaran biasanya dipermainkan arti dan bentuknya sehingga tercapai efek humor / lelucon sekaligus ejekan terhadap karya seni tersebut.

3.       Puisi Dramatik
                     Puisi dramatik pada dasarnya berisi analisis watak seseorang, baik bersifat historis, mitos, maupun fiktif ciptaan penyairnya. Puisi ini mengungkapkan suatu suasana tertentu atau peristiwa tertentu melalui mata batin tokoh yang dipilih penyairnya. Sang “aku” dalam puisi dramatik tidak identik dengan pribadi penyairnya. Sikap dalam puisi drmatik adalah sikap tokoh yang dipilih penyair yang biasa diungkapkan dalam monolog panjang tentang peristiwa atau suasana kritis yang dihadapinya. Isi puisi dramatik adalah analisis tokoh tentang situasi gawat yang dihadapinya sehingga terlihat jelas ciri-ciri watak tokoh tersebut.      

Pengertian Media
                        Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
            Menurut Gagne (1970) dalam (Sadiman 1984:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation/NEA) memiliki pengertian yang berbeda-beda. Media adalah bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi , dapat dilihat, didengar, dan dibaca.
Dari pengertian media menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dari sumber informasi (pendidik) kepada penerima informasi (peserta didik) agar mendapatkan pengetahuan yang ingin dicapai.

Manfaat Media Pendidikan
1.      Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan lingkungan
3.      Terjadi kontak langsung antara guru dan murid
4.      mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati
5.      mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik
6.      Menarik perhatian siswa terhadap materi ajar yang disajikan
7.      Mengatasi peristiwa alam
8.      Mengurangi bahkan menghilangkan verbalisme
9.      Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan alam sekitar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar