Proposal Penelitian
PERBANDINGAN MEDIA PENGALAMAN
LANGSUNG DAN MEDIA PENGALAMAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PROSES MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 KOTA SERANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Menulis 1
disusun oleh
Nama :
Mimin Mintari
NIM : 090200
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA
DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
Judul penelitian
“PERBANDINGAN
MEDIA PENGALAMAN LANGSUNG DAN MEDIA PENGALAMAN TIDAK LANGSUNG TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PROSES MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 10
KOTA SERANG”.
1.
Latar Belakang
Sampai
dewasa ini, pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek sastra khususnya keterampilan
menulis puisi disekolah belum dianggap penting untuk diajarkan secara mendalam kepada
siswa. Pengajaran sastra cenderung mengarah kepada kegiatan teori sastra,
pengertian sastra, jenis-jenis karya sastra, nama-nama sastrawan dan karyanya,
serta masalah periodesasi atau pembabakan sastra. Dengan kata lain, kegiatan
pengajaran sastra cenderung masih bersifat teoritis.
Belajar
dan mengajar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Belajar menunjukan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang
menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukan apa yang harus dilakukan oleh
guru sebagai pengajar.
Berdasarkan
uraian diatas, keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia ditentukan oleh
berbagai hal, antara lain kemampuan siswa dan guru itu sendiri didalam
melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai. Guru dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan ajar kepada
siswa dengan baik, maka guru harus mengetahui media da teknik apakah yang
sesuai dan cocok untuk digunakan dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam
hal ini menulis puisi. Sehingga selain guru memberikan materi ajar dengan
menggunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak aktif, jenuh, dan bosan,
guru juga harus menggunakan media pembelajaran yang membuat siswa ikut berperan
aktif dan proses belajar mengajar pun
tidak akan membosankan.
Menulis
merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis
untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari
kreatif itu biasanya disebut karangan. Menulis harus dilatih dan diajarkan
kepada anak di usia dini, sehingga anak tidak memiliki sifat malas untuk
menulis. Dalam hal ini, guru harus berusaha bagaimana caranya agar siswa
tertarik dalam bidang sastra khususnya puisi sehingga siswa menjadi manusia
yang kreatif.
Puisi
merupakan salah satu bagian dari karya sastra. Pembelajaran puisi sudaj
diajarkan sejak tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Salah satu alat yang
penting untuk memupuk kreatifitas anak didik dalam menulis puisi adalah dengan
pengajaran puisi secara intensif. Oleh karena itu, fungsi pengajaran puisi
untuk sekolah-sekolah lajutan menjadi sangat penting. Pembelajaran puisi akan
berhasil dengan baik apabila dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran
yang tepat serta sesuai dengan kondisi siswa dan situasi kelas.
Dalam
pembelajaran puisi, biasanya guru hanya sekedar memberikan penjelasan tentang pengertian
puisi, unsur-unsur puisi, ciri-ciri puisi, macam-macam puisi dan hal lain yang
bersifat teoritis, jadi siswa tidak ada kesempatan untuk menulis puisi
berdasarkan kemampuan sendiri. Pembelajaran puisi yang baik harus mengaitkan
teori dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran juga
akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa tidak merasa jenuh
dan bosan dalam menerima materi pelajaran.
Menulis
puisi pada dasarnya menuangkan gagasan, pikiran, dan pengungkapan jiwa. Menulis
puisi tidak sulit jika dilakukan dengan kemampuan dan kesungguhan. Dalam kegiatan
menulis puisi, guru harus membiasakan siswa untuk belajar menulis puisi baik
berdasarkan objek gambar maupun objek lingkungan sekitar. Dengan cara seperti
itu diharapkan siswa dapat meningkatkan kreatifitas dan kematangan pengetahuan
siswa terhadap karya sastra lebih lanjut.
Sebenarnya
tujuan adanya pembelajaran sastra disekolah selain untuk menguasai teori
pelajaran, juga diharapkan siswa mampu menciptakan karya sastra sendiri serta
dapat memberikan sumbangan dalam memecahkan masalah didalam masyarakat. Oleh
karena itu, pengajaran sastra memiliki peranan yang penting dalam mencapai
tujuan pendidikan pada umumnya.
Berkaitan
dengan pernyataan diatas, pengajaran sastra hendaklah mengarah pada
kegiatan-kegiatan membina dan mengarahkan siswa untuk menggeluti karya sastra
tersebut secara langsung sehingga tumbuh dalam diri siswa dan akan terus
memiliki rasa ingin tahu yang mendalam tentang karya sastra itu.
2.
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu poeima yang artinya membuat atau poesis yang
artinya pembuatan. Dalam bahasa Inggris, disebut dengan poem atau poetry.
Puisi diartikan membuat atau pembuatan, karena dengan puisi seseorang telah
menciptakan satu dunianya sendiri, yang didalamnya ada gambaran suasaa tertentu
baik fisik maupun batin.
Menurut
Altenbernd dalam Herwan (2005:2) mendefinisikan puisi sebagai pendramaan
pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama
(bermetrum).
Menurut
Dunton dalam Herwan (2005:2) berpendapat bahwa puisi merupakan pemikiran
manusia secara kongkret dan artistic dalam bahasa emosional serta berirama.
Dari
beberapa pendapat para ahli mengenai puisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
puisi merupakan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan dan diekspresikan
melalui tulisan dengan menggunakan bahasa emosional atau bahasa keindahan.
2.2
Ciri-Ciri Puisi
Menurut Herwan (2005:10), puisi
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Ciri yang paling menonjol dalam
puisi adalah bahasanya. Bahasa dalam puisi penuh dengan bahasa konotatif, yaitu
bukan bahsa yang sebenarnya atau bahasa kiasan, dengan disertai oleh pilihan
kata atau diksi dan gaya
bahasa atau majas.
2. Bentuk tubuh puisi cenderung
berlarik dan berbait, walaupun dalam perkembangan puisi modern bneruk tubuh
puisi beragam, bahkan ada yang sangat mirip dengan bentuk tubuh cerpen.
3. Puisi pada umumnya berbentuk
monolog. Di dalamnya banyak ditemukan “aku-larik”, jarang puisi yang berisi
dialog-dialog, meski tentu ada pula penyair yang menulis dengan menyelipkan
dialog-dialog.
4. Keterkaitan sebuah kata dalam puisi
lebih cenderung kepada struktur ritmik sebuah baris daripada struktur sintaktik
sebuah kalimat seperti dalam prosa.
5. Puisi merupakan sebuah totalitas,
maka ia akan terdiri atas berbagai lapis, seperti lapis bunyi, lapis arti
fisik, lapis dunia yang terdiri atas dunia dalam gambaran penyair dan dunia
metafisis, dan lapis makna.
2.3
Jenis-Jenis Puisi
Menurut Sumardjo & Saini
jenis-jenis puisi dibagi menjadi tiga, yaitu puisi epik, puisi lirik, dan puisi
dramatik.
1.
Puisi Epik
Puisi epik adalah jenis puisi yang
panjang, menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya
menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa , pemberani dalam membela kebenaran.
Puisi epik terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Puisi epos, yaitu puisi berisi
cerita yang panjang, bahkan didalamnya terdapat banyak anak cerita yang
dirangkai dalam cerita pokoknya. Bentuk epos adalah bentuk puisi bercerita yang
paling tua. Beberapa bangsa memiliki eposnya sendiri-sendiri, seperti epos Illias
dan Odisee dari Yunani, epos Aeneas dari Romawi, atau epos
Mahabharata dan epos Ramayana dari India.
2. Puisi Fabel, yaitu puisi yang berisi
cerita tentang kehidupan binatang untuk menyindir dan memberi makna kehidupan
pada manusia. Tujuan fable adalah untuk memberikan ajaran moral dengan
menunjukkan sifat-sifat jelek manusia melalui simbol-simbol binatang.
3. Puisi Balada, yaitu puisi cerita
yang mengandung ciri-ciri sebagai berikut: bahasanya sederhana, langsung, dan
konkret, mengandung unsure ketegangan, kejutan, dan ancaman dalam materi
cerita, mengandung kontras-kontras yang dramatic, mengandung kadar emosi yang
kuat, terdapat dialog didalamnya, ceritanya bersifat objektif dan impersonal.
2.
Puisi Lirik
Jika dalam puisi epik penyair
bersifat objektif dan impersonal, maka dalam puisi lirik penyair menyuarakan
pikiran dan perasaan pribadinya secara berperan. Dalam puisi lirik, pikiran,
perasaan, serta sikap “aku” dalam sajak lirik merupakan pikiran, perasaan, dan
sikap penyairnya.
Dapat
disimpulkan bahwa puisi lirik adalah puisi yang sangat pendek, namun dapat
diartikan pula sebagai puisi yang dinyanyikan, karena puisi lirik disusun dalam
susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Pada umumnya
puisi pendek dapat digolongkan kedalam puisi lirik.
Ditinjau
dari maksud sajak, puisi lirik dapat digolongkan mejadi tiga, yaitu puisi
kognitif, puisi ekspresif, dan puisi afektif.
1. Puisi kognitif, yaitu puisi lirik yang
menekankan isi gagasan penyairnya. Puisi ini mementingkan tema yang biasanya
berisi pernyataan ide, ajaran kebijaksanaan, yang diungkapkan dalam gaya bahasa yang sedikit
prosais, yaitu cenderung bermakna tunggal.
2. Puisi ekspresif, yaitu puisi lirik
yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya. Puisi jenis ini menunjukkan
spontanitas yang segar dan asli, namun kadang sulit dicerna karena ciri-ciri
individualnya yang amat menonjol termasuk penggunaan lambang-lambang yang amat
personal (pribadi).
3. Puisi afektif, yaitu puisi lirik yang
menekankan pentingnya mempengaruhi perasaan pembacanya. Puisi jenis ini
mengajak pembaca untuk ikut merasakan suasana batin penyairnya, sehingga sering
pula jenis puisi ini disebut puisi suasana hati. Suasana hati yang diungkapkan
penyair biasanya perasaan yang sulit dirumuskan, tetapi hanya dapat dirasakan.
Ditinjau dari segi isinya, puisi lirik dibagi
menjadi Sembilan macam, yaitu elegi, hymne, ode, epigram, humor, pastoral,
idyl, satire, dan parodi.
1. Elegi, yaitu puisi lirik yang berisi
ratapan kematian seseorang. Elegi biasanya ditulis penyair langsung setelah
kematian seseorang itu terjadi. Isi dari puisi elegi ini merupakan ratapan
penyait terhadap kematian seseorang dengan mengenang jasa-jasanya atau
janji-janji penyair kepada orang yang meninggal.
2. Hymne, yaitu puisi lirik yang berisi
pujaan kepada Tuhan atau kepada tanah air. Puisi jenis ini biasanya bernada
agung, khidmat, dan penuh kemuliaan.
3. Ode, yaitu puisi lirik yang berisi
pujaan terhadap seorang pahlawan atau seorang tokoh yang dikaguli oleh penyair.
4. Epigram, yaitu puisi lirik yang
berupa ajaran kehidupan. Sifatnya mengajar dan menggurui, bentuknya pendek, dan
bergaya ironis.
5. Humor, yaitu puisi lirik yang
mencari efek humor, baik dalam isi maupun teknik puisinya. Puisi jenis ini
menekankan mutunya pada segi kecerdasan penyair dalam mengolah kata-kata maupun
mempermainkan isinya.
6. Pastoral, yaitu puisi lirik yang
berisi penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani di sawah-sawah. Nada
pada puisi ini cenderung sendu atau nostalgik, merindukan kehidupan padang gembalaan dimasa
muda.
7. Idyl, yaitu puisi lirik yang berisi
nyanyian tentang kehidupan di pedesaan, perbukitan, atau padang-padang. Isi
dalam puisi ini biasanya penuh lukisan kehidupan dan pemandangan alam yang
masih murni, manusia-manusia desa yang lugu, dan kehidupan yang sederhana.
8. Satire, yaitu puisi lirik yang
berisi ejekan dengan maksud memberikan kritik. Nadanya memang humor, namun
karena berisi kritik, biasanya nada humor itu berubah menjadi singgungan bagi
yang terkena kritik tersebut.
9. Parodi, yaitu puisi lirik yang
berisi ejekan, namun ditujukan terhadap karya seni tertentu. Dalam puisi jenis
ini, karya seni yang menjadi sasaran biasanya dipermainkan arti dan bentuknya
sehingga tercapai efek humor / lelucon sekaligus ejekan terhadap karya seni
tersebut.
3.
Puisi Dramatik
Puisi
dramatik pada dasarnya berisi analisis watak seseorang, baik bersifat historis,
mitos, maupun fiktif ciptaan penyairnya. Puisi ini mengungkapkan suatu suasana
tertentu atau peristiwa tertentu melalui mata batin tokoh yang dipilih
penyairnya. Sang “aku” dalam puisi dramatik tidak identik dengan pribadi
penyairnya. Sikap dalam puisi drmatik adalah sikap tokoh yang dipilih penyair
yang biasa diungkapkan dalam monolog panjang tentang peristiwa atau suasana
kritis yang dihadapinya. Isi puisi dramatik adalah analisis tokoh tentang
situasi gawat yang dihadapinya sehingga terlihat jelas ciri-ciri watak tokoh
tersebut.
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar.
Menurut Gagne (1970)
dalam (Sadiman 1984:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Asosiasi Pendidikan Nasional
(National Education Assosiation/NEA) memiliki pengertian yang berbeda-beda.
Media adalah bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi , dapat dilihat, didengar, dan
dibaca.
Dari pengertian media menurut para
ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang berfungsi
untuk menyalurkan informasi dari sumber informasi (pendidik) kepada penerima
informasi (peserta didik) agar mendapatkan pengetahuan yang ingin dicapai.
Manfaat Media Pendidikan
1. Mengatasi perbedaan pengalaman
pribadi peserta didik
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
dan lingkungan
3. Terjadi kontak langsung antara guru
dan murid
4. mengatasi kesulitan apabila suatu
benda secara langsung tidak dapat diamati
5. mengatasi gerak benda secara cepat
atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian
peserta didik
6. Menarik perhatian siswa terhadap
materi ajar yang disajikan
7. Mengatasi peristiwa alam
8. Mengurangi bahkan menghilangkan
verbalisme
9. Memungkinkan terjadinya kontak
langsung dengan masyarakat atau dengan alam sekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar