KARYA
MIMIN MINTARI
2222090200
DIKSARTASIA 3A
Kehidupan saat ini memang memaksa kita bekerja banting
tulang untuk bisa tetap hidup. Contohnya dalam kehidupam di metropolitan, jika
kita hanya hidup dari belaskasihan orang lain saja, mungkin kita akan jadi
gelandangan disana. Tetapi banyak orang dari kampung berboyong-boyong malah
ingin pergi ke Jakarta, mereka pikir jika
tinggal di Jakarta
maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang banyak. Tetapi
pandangan itu salah, jika kita tidak hati-hati mengenal mana orang baik, mana
orang jahat, maka kita akan diajak dalam kehidupan yang suram, yaitu mereka
akan mempekerjakan kita sebagai PSK (Pekerja Seks Komersilal). Dan apa boleh
buat, kehidupan ekonomi yang sangat pelik yang memaksa kita menerima pekerjaan
haram itu. Dengan pekerjaan sebagai PSK, banyak orang yang memandang bahwa
pekerjaan seperti itu harus dimusnahkan. Kebanyakan wanita yang bekerja sebagai
seks komersial mengaku bahwa ia bekerja seperti itu karena tuntutan agar bisa
hidup dan masalah ekonomi keluarga akan tertuntaskan.
Maka Satu kata yang tepat untuk mengomentari
cerpen-cerpen karya Djenar Maesa Ayu, wanita kelahiran Jakarta, 14 Januari 1973
adalah kata-katanya yang berani dan membuat yang membacanya mungkin bisa
langsung berpikir bahwa cerpen-cerpen dia itu termasuk cerpen yang “jorok”
bahkan “menjijikkan”. Karena hal itu sering kali penulis perempuan itu
dimaki-maki sekaligus dicintai banyak orang. Cerpen-cerpennya sudah tersebar di
media massa Indonesia
seperti Kompas, Republika, majalah Cosmopolitan, Lampung Post, majalah Djakarta. Cerpennya yang berjudul Menyusu Ayah menjadi cerpen terbaik 2002 versi Jurnal Perempuan dan
diterbitkan oleh Richard Oh kedalam bahasa Inggris dengan judul Suckling Father untuk dimuat kembali
dalam Jurnal Perempuan dalam bahasa Inggris, edisi kolaborasi karya terbaik
Jurnal Perempuan.
Hampir semua tulisan Djenar menyingkap sisi kehidupan
yang ditabukan oleh masyarakat kita. Jika pembaca yang baru mengenalnya akan terusik
akan kata-kata yang ditulis Djenar, bisa jadi mereka yang membaca akan merasa
tertampar oleh cerpen-cerpen yang disajikannya dengan gaya pengucapan eksperimental dan inovatif. Tetapi
kita sebagai pembaca harus melihat dari sisi positifnya saja bahwa dibalik
semua kata-kata dalam cerpen Djenar MaesaAyu ini memiliki nilai-nilai moral
yang sangat baik. Dalam Kumpulan Cerpen Jangan
Main-Main(Dengan Kelaminmu), penulis juga membuka tabir yang terjadi
disekitarnya, seperti kehidupan para pekerja seks komersial, cerpen tentang
pandangan orang terhadap pekerja seks tersebut, suami yang selingkuh karena
tidak puas dengan “layanan” istrinya, dan ada pula dampak yang terjadi jika
kita menjadi pekerja seks komersial.
Pada cerpen Jangan
Main-Main(Dengan Kelaminmu) penulis menggunakan gaya penulisan bahasa yang berulang-ulang,
sehingga pembaca harus benar-banar memahami kata-katanya supaya pembaca
mendapatkan makna dari cerpen tersebut. Dalam cerpen ini penulis menampilkan
berbagai adegan secara ‘buka-bukaan’ untuk mengomentari tentang penyimpangan
perilaku, kesemuan hidup di metropolitan. Dalam struktur penceritaannya, cerpen
ini menceritakan tentang hubungan yang bersilang antara tokoh suami, istri, pacar gelap, dan
sahabat suami.
Moral merupakan pegangan atau sesuatu yang harus
dimiliki oleh setiap individu. Tetapi tidak halnya dalam cerpen Moral karya Djenar Maesa Ayu. Penulis
malah menganggap bahwa moral itu diperolok dan memandang moral seperti barang
dagangan yang diobral dengan harga lima
ribu rupiah tiga! Dalam cerpen ini, penulis menganggap bahwa moral tidak ada
harganya dalam setiap individu, moral bisa dibeli dimana saja dengan harga yang
sangat murah meriah.
Dalam cerpen Menyusu
Ayah dan Payudara Nai-Nai
memiliki kesamaan cerita, yaitu jika dalam cerpen Menyusu Ayah, tokoh Nayla
yang sejak lahir ia ditinggalkan oleh ibunya saat melahirkan Nayla. Sejak kecil
hingga ia beranjak besar, Nayla tidak pernah sama sekali merasakan susu ASI
langsung dari ibunya, tetapi sejak kecil ia malah menyusu dari air mani ayahnya
sendiri. Dengan keadaannya seperti itu, maka teman-teman lelakinya tidak ada
yang mau mendekati Nayla. Karena mereka takut jika Nayla akan menyedot air mani
mereka seperti yang dilakukan Nayla terhadap ayahnya, bahkan terhadap
teman-teman ayahnya. Sedangkan dalam cerpen Payudara
Nai-Nai ini menceritakan jika kita lihat dalam bahasa, Nai-Nai itu artinya
Payudara. Tokoh Nai-Nai ini dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, ia hidup
tana seorang ibu, entah dimana keberadaan ibunya itu karena penulis tidak
menceritakan lebih dalam tentang ibu Nai-Nai. Seperti cerpen Menyusu Ayah, Nai-Nai pun tinggal berdua
dengan ayahnya.
Singkat cerita antara cerpen Menyusu Ayah dan Payudara
Nai-Nai memberikan pengetahuan kepada kita bahwa betapa pentingnya
bimbingan seorang ibu dalam membentuk prilaku kita dan betapa pentingnya
keutuhan dalam hidup berumah tangga.
Pada cerpen yang akan saya apresiasi, yaitu cerpen Mandi Sabun Mandi, penulis menempatkan
seorang laki-laki setengah baya, berperut tambun dan perempuan muda berparas
indo, berkulit putih teman kencannya
yang bernama Sophie sebagai tokohnya. Bukan itu saja, dalam cerpen ini penulis
menempatkan dimana meja dan cermin dalam kamar hotel itu menjadi saksi bisu pengkhianatan
bersilang lelaki dan pacar gelapnya itu.
Cerpen ini lebih tepatnya adalah menceritakan bahwa
sebuah kamar motel yang mewah, yang disewa hanya oleh para pengusaha yang
memiliki uang banyak saja yang bisa menempati kamar ini. Dengan setting tempat
di sebuah hotel dan waktu siang hari. Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa
cermin dan meja adalah saksi bisu antara hubungan gelap antara laki-laki
setengah baya dengan seorang perempuan, pacar gelapnya itu. Penulis
menggambarkan dalam cerpen ini bahwa cermin dan meja adalah mahluk hidup yang
bisa menyaksikan dengan ’mata telanjang’ bagaimana pasangan yang bukan suami
itu melakukan hubungan suami istri yang seharusnya tidak layak untuk dilakukan.
Setelah mereka melakukan hubungan intim, laki-laki itu
langsung bergegas kekamar mandi. Sophie, sang pacar gelap mengomentari sewaktu
Si Mas mandi tanpa memakai sabun mandi. Dan wanita itu pun bertanya mengapa Si
Mas tidak memakai sabun. Singkat cerita, lelaki itu pulang kerumah dengan gaya pakaian kusut
seolah-olah dia memang seharian bekerja di kantor. Kemudian sang istri merogoh
kantong celana suaminya dan ia menemukan sebuah benda kecil keras di dalam
kantong yang bertuliskan, Soap-Bukit
Indah, Bar and Restaurant. Ternyata pacar gelapnya itu memasukkan sabun
mandi hotel kedalam kantong celana lelaki setengah baya itu.
Dalam kesimpulannya, penulis ingin memberitahukan bahwa
betapa licik dan rapuhnya dalam sebuah hubungan gelap seperti itu.
Cerpen lain yang ingin saya apresiasi adalah cerpen Penthouse 2601. dambaan akan kehidupan
normal dan kebahagiaan keluarga yang lengkap terdapat pada cerpen Penthouse 2601 karya Djenar ini. Sebagai
tokoh bisu dalam cerita yaitu sebuah kamar mewah yang merasa kesepian dalam
kemewahan semu, karena ia hanyalah tempat hiburan bagi orang-orang berduit dan
yang menyewa kamar ini pun mirip seperti para pejabat yang sering muncul di
televisi. Jauh dari bayangan sebelumnya, yaitu ia ingin kamarnya dihuni oleh
keluarga bahagia atau pasangan suami istri yang ingin berbulan madu. Tetapi
kenyataan itu musnah sudah, kamar yang sangat mewah itu malah dicemari oleh
para tamu yang berlaku seronok. Dengan menggunakan alur maju dan setting tempat
di sebuah hotel mewah lantai dua puluh enam, penulis pun menggunakan kata-kata
yang pedas dari yang biasanya, seperti kalimat “kelakuan mereka benar-benar
seperti binatang, bahkan lebih rendah dari binatang”. Dalam kamar itu seorang
lelaki dan perempuan, yang merupakan kekasih gelap itu melakukan hubungan suami
istri dan tidak selayaknya kita tiru.
Singkat cerita, penulis memberikan nilai moral yang ingin
dia beritahukan kepada semua orang bahwa zaman sekarang dari hotel yang biasa
sampai hotel berbintang mewah sekalipun bisa dengan mudahnya disewa oleh
pasangan yang bukan muhrimnya tanpa adanya aturan dari pemilik hotel saat
orang-orang akan menyewa kamar. Hal itu
membuat ‘gerah’ kamar tersebut. Dan kamar itu seolah-olah bisa bicara dan berharap,
“bahwa suatu saat ia akan membeberkan kejadian yang tak lazim itu diketahui banyak orang, ditubuhku, Penthouse
2601”.
Nilai moral yang saya dapat dari cerpen Mandi Sabun Mandi dan Penthouse 2601 adalah bahwa jika kita
menjalin suatu hubungan suami istri sebaiknya disertai dengan rasa cinta dan
kasih sayang, supaya pasangan kita tidak berpaling kepada wanita lain dan
ternyata rasa saling percaya dalam suatu hubungan itu sangat mahal harganya.
Menurut saya, kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu ini
harus ditingkatkan lagi dalam pemilihan kata-katanya tetapi kita sebagai
pembaca harus melihat dari sisi positifnya supaya pembaca semangat untuk
membacanya dan tidak jenuh, seperti membaca cerpen yang menggunakan kata-kata
yang baku. Kumpulan
cerpen karya Djenar Maesa Ayu ini isinya menceritakan secara gamblang kehidupan
yang ada dimasyarakat, contohnya bahwa betapa pentingnya menjaga kesucian kita
sebagai wanita.
Sukses selalu untuk Djenar Maesa Ayu. Dan harapan saya, terus
menciptakan karya-karya yang lebih baik dan lebih bagus lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar